KARTIYEM (2021) HUBUNGAN PENGUNAAN KB SUNTIK PROGESTIN DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN KARTIYEM, PENGASIH, KULON PROGO TAHUN 2020. ["eprint_fieldopt_thesis_type_skripsi" not defined] thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Text
KARTIYEM_P07124320120.pdf Download (3MB) |
|
Text
awal.pdf Download (1MB) |
|
Text
abstrak.pdf Download (241kB) |
|
Text
Chapter 1.pdf Download (191kB) |
|
Text
Chapter 2.pdf Download (219kB) |
|
Text
Chapter 3.pdf Download (344kB) |
|
Text
Chapter 4.pdf Download (110kB) |
|
Text
conclusion.pdf Download (83kB) |
|
Text
REFERENCES.pdf Download (184kB) |
|
Text
Appendices.pdf Download (825kB) |
Abstract
Latar Belakang: Alat kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia. Proporsi penggunaan kontrasepsi suntik adalah 42,4%. Akseptor KB suntik progestin sebagian besar mengalami peningkatan berat badan. Hal ini karena progesteron merangsang pusat kendali nafsu makan di hipotalamus sehingga mempengaruhi perilaku makan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak pengguna kontrasepsi suntik berhenti karena efek samping seperti gangguan menstruasi, penambahan berat badan, sakit kepala, dan ketidaknyamanan perut. Tujuan: Mengetahui hubungan antara penggunaan KB suntik progestin dengan peningkatan berat badan. Metode: Desain penelitian yang dipakai kohort retrospektif dengan metode purposive sampling. Peneliti mengamati perubahan berat badan 57 akseptor KB suntik progestin dan 57 akseptor IUD yang telah menggunakan selama 1 tahun. Penelitian dilakukan di PMB Kartiyem, Pengasih, Kulon Progo bulan Januari-Juni 2021 Pola aktivitas dan pola gizi sebagai variable perancu dikontrol. Data diperoleh melalui pengukuran berat badan, wawancara food recall 24 jam, dan aktivitas dengan formulir Physical Activity Level, serta mengambil data berat badan awal di rekam medis. Data dianalisis dengan SPSS menilai Pearson Chi Square dan regresi logistik multinomial. Hasil: Berat badan pengguna KB suntik progestin setelah pemakaian 1 tahun cenderung meningkat. Sedangkan berat badan pengguna IUD setelah pemakaian 1 tahun cenderung turun. Pola aktivitas fisik responden mayoritas kategori ringan dan sebagian besar responden memiliki pola nutrisi kategori sangat kurang jika dibandingkan dengan AKG. Akseptor KB suntik progestin setelah 1 tahun pemakaian berpeluang 8 kali lebih tinggi mengalami peningkatan berat dibandingkan KB IUD. Kesimpulan: Akseptor suntik progestin memiliki peluang 8 kali mengalami peningkatan berat badan dibandingkan akseptor IUD. Kata kunci: suntik, progestin, berat, badan, food, recall, PAL
Item Type: | Thesis (["eprint_fieldopt_thesis_type_skripsi" not defined]) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RG Gynecology and obstetrics |
Divisions: | Poltekkes Kemenkes Yogyakarta |
Depositing User: | Mahasiswa Polkesyo |
Date Deposited: | 15 Dec 2021 03:26 |
Last Modified: | 03 Jan 2022 09:03 |
URI: | http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/6778 |
Actions (login required)
View Item |